SELAMAT DATANG

bagi para pengunjung

Selasa, 25 Desember 2012

Standarisasi Ekstrak Herbal


Pembuatan Simplisia
Sediaan obat tradisional atau herbal dibuat dari simplisia tanaman atau bagian dari hewan, atau mineral dalam keadaan segar atau telah dikeringkan dan diawetkan. Agar sediaan obat tradisional atau herbal tersebut dapat dipakai dengan aman, terjaga keseragaman mutu dan kadar kandungan senyawa aktifnya, maka diperlukan standardisasi. Sebelum melalui tahap standardisasi sediaan, maka diperlukan standardisasi bahan baku simplisia, yang meliputi :
Bahan baku simplisia
Dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tumbuhan budidaya
Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia
 Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia (Depkes RI, 1985).
a.Pengumpulan Bahan Baku
Kualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi beberapa faktor, seperti : umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu panen, bagian tumbuhan, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh (Depkes RI, 1985).
b.Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan kotoran – kotoran atau bahan – bahan asing lainnya dari bahan simplisia sehingga tidak ikut terbawa pada proses selanjutnya yang akan mempengaruhi hasil akhir. Sortasi terdiri dari dua cara, yaitu:
Sortasi basah : Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan perajangan.
Sortasi kering : Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tumbuhan yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering (Depkes RI, 1985).
c.Pengeringan
Pengeringan dilakukan agar memperoleh simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan secara alami dan secara buatan. Pengeringan alami dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari baik secara langsung maupun ditutupi dengan kain hitam. Sedangkan pengeringan secara buatan dilakukan dengan oven. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30oC – 90oC (Depkes RI, 1985).
d.Pengemasan dan Penyimpanan
Pengepakan simplisia dapat menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, melindungi simplisia dari cemaran serta mencegah adanya kerusakan.Sedangka penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang kelembabannya rendah, terlindung dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga maupun tikus.
Standardisasi Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia nabati, hewani dan mineral. nabati, hewani dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaan simplisia harus memenuhi persyaratan minimal untuk standardisasi simplisia. Standardisasisimplisia mengacu pada tiga konsep antara lain sebagai berikut:
Simplisia sebagai bahan baku harus memenuhi 3 parameter mutu umum (nonspesifik) suatu bahan yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian, aturan penstabilan (wadah, penyimpanan, distribusi) Simplisia sebagai bahan dan produk siap pakai harus memenuhi trilogi Quality-Safety-Efficacy Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang berkontribusi terhadap respon biologis, harus memiliki spesifikasi kimia yaitu komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan (Depkes RI, 1985).
Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam proses standardisasi suatu simplisia. Parameter standardisasi simplisia meliputi parameter non spesifik dan spesifik. Parameter nonspesifik lebih terkait dengan faktor lingkungan dalam pembuatan simplisia sedangkan parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang ada di dalam tanaman. Penjelasan lebih lanjut mengenai parameter standardisasi simplisia sebagai berikut:
1. Kebenaran simplisia
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia.
a. Parameter non spesifik
Parameter non spesifik meliputi uji terkait dengan pencemaran yang disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, penetapan kadar abu, kadar air, kadar minyak atsiri, penetapan susut pengeringan.
b. Parameter spesifik
Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia.Uji kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu dari simplisia. Biasanya dilkukan dengan analisis kromatografi lapis tipis (Depkes RI, 1985).
Standardisasi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian parameter yang dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif dari setiap batch yang diproduksi dapat dipertahankan, dan juga dapat mempertahankan pemekatan kandungan senyawa aktif pada ekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan volume permakaian per dosis, sementara dosis yang diinginkan terpenuhi, serta ekstrak yang diketahui kadar senyawa aktifnya ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain secara mudah seperti sediaan cair , kapsul, tablet, dan lain-lain.
1.Parameter Non Spesifik
a)Susut Pengeringan
Susut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam porsen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka (Depkes RI, 2000).
b)Bobot Jenis
Parameter bobot jenis ekstrak merupakan parameter yang mengindikasikan spesifikasi ekstrak uji. Parameter ini penting, karena bobot jenis ekstrak tergantung pada jumlah serta jenis komponen atau zat yang larut didalamnya (Depkes RI, 2000).
c)Kadar air
Kadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air yang diserap dengan tujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes RI, 2000).
d)Kadar abu
Parameter kadar abu merupakan pernyataan dari jumlah abu fisiologik bila simplisia dipijar hingga seluruh unsur organik hilang. Abu fisiologik adalah abu yang diperoleh dari sisa pemijaran (Depkes RI, 2000).
2.Parameter Spesifik
a)Identitas
Identitas ekstrak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Deskripsi tata nama:
Nama Ekstrak (generik, dagang, paten)
Nama latin tumbuhan (sistematika botani)
Bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun, buah,)
Nama Indonesia tumbuhan
Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. Parameter identitas ekstrak mempunyai tujuan tertentu untuk memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas (Depkes RI, 2000).
b)Organoleptik
Parameter oranoleptik digunakan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa menggunakan panca indera dengan tujuan pengenalan awal yang sederhana dan seobyektif mungkin (Depkes RI, 2000).
c)Kadar sari
Parameter kadar sari digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia. Parameter kadar sari ditetapkan sebagai parameter uji bahan baku obat tradisional karena jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia akan berkaitan erat dengan reproduksibilitasnya dalam aktivitas farmakodinamik simplisia tersebut (Depkes RI,1995).
d)Pola kromatogram
Pola kromatogram mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran awal komponen kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram kemudian dibandingkan dengan data baku yang ditetapkan terlebih dahulu (Depkes RI, 2000).
 
 
sumber 
http://mipa-farmasi.blogspot.com/2012/04/standarisasi-ekstrak-herbal.html

Minggu, 23 Desember 2012

Perbandingan penemuan obat dari laut dan dari darat



Penemuan obat baru dari laut merupakan suatu potensi yang menjanjikan. Apalagi di Indonesia yang memiliki wilayah laut terluas di dunia. Juga keanekaragaman yang luar biasa karena terletak di daerah khatulistiwa. Namun ada perbedaan antara penemuan obat dengan yang di darat, berikut akan di bahas pada aspek sampling, skrining, dan isolasi.
Penemuan obat dari marine product
Sampling
Pemilihan bahan biasanya berasal dari hewan dan algae. Dasar pemilihan bahan biasanya dari chemical ecology. Taksonomi dari spesies tidak jelas. Metode sampling, perlu memperhatikan hal-hal sbb:
-          Preparasi sampel lebih kompleks, karena organisme laut  mengandung kadar air dan garam yang tinggi dan senyawanya mudah terdegradasi begitu keluar dari air laut
-          Lokasi biasanya merupakan daerah yang sulit dijangkau
-          Teknik pengambilan sampel membutuhkan keahlian khusus (contoh diving).
-          Menjaga tempat asal dari sumber laut tersebut tetap terpelihara sesuai dengan kondisi awalnya (tidak merusak lingkungan tempat dia tumbuh).
Skrining
Strategi skrining banyak kearah kimiawi (golongan senyawa tertentu misal : alkaloid, terpenoid, dll) untuk menghindari dereplikasi
Isolasi
Tantangan isolasi dari bahan laut adalah belum banyak literatur pendukung; kadar garam yang tinggi mengganggu terutama untuk isolasi senyawa polar; banyak senyawa yang labil; identifikasi: senyawa banyak yang unik yang tidak pernah ditemui sebelumnya; senyawa kompleks dengan kadar yang kecil.
Bandingkan dengan obat yang dari Terrestrial product
Sampling
Pemilihan bahan : tanaman, fungi, bakteri. Dasar dari pemilihan bahan bisa dari etnofarmakologi (secara empiris, kebiasaan, dll). Taxonomi spesies sudah jelas. Metode sampling: preparasi dan teknik pengambilan sampel lebih mudah; pelestarian terestrial product lebih bisa dikontrol dan dibudidayakan.
Skrining
Pendekatan skrining seringkali berdasar aktivitas biologi (efek antibakteri, antidiabetes, antihipertensi, dll)
Isolasi
Tenaga ahli sudah lebih banyak daripada yang kelautan dan literatur sudah banyak dan established.

sumber
http://farmasibahanalam.wordpress.com/2010/09/07/perbandingan-penemuan-obat-dari-laut-dan-dari-darat/#more-378

Sabtu, 22 Desember 2012


BOTANI FARMASI

JAMBU BIJI (Psidium guajava)

            Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu “psidium” artinya delima sedangkan “guajava” merupakan nama pemberian orang Spanyol.
            Jambu biji merupakan tanaman perdu bercabang banyak. Tingginya dapat mencapai 3-10 meter. Umumnya umur tanaman jambu biji hingga 30-40 tahun. Tanaman yang berasal dari biji relative berumur panjang dibandingkan hasil cangkokan atau okulasi.
 Jambu Biji (Psidium guajava) banyak tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Srilangka. Jambu biji termasuk tanaman perdu dan memiliki banyak cabang dan ranting, batang pohonnya keras. Permukaan kulit luar pohon jambu biji berwarna coklat dan licin. Apabila kulit kayu jambu biji tersebut dikelupas, akan terlihat permukaan batang kayunya basah. Bentuk daunnya umumnya bercorak bulat telur dengan ukuran yang agak besar. Bunganya kecil-kecil berwarna putih dan muncul dari balik ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun jambu biji sudah mulai berbuah. Jambu biji ini akrab juga disebut Jambu klutuk (Jawa), Jambu Batu (Sunda), dan Jambu bender (Madura).


A.    Urutan takson jambu biji (Psidium guajava L)

Kingdom     : Plantae
Divisio         : Spermatophyta
Kelas           : Dicotylopsida
Ordo            : Myrtales
Family         : Myrtaceaea
Genus          : Psidium
Spesies        : Psidium guajava

 
B.     Morfologi Tumbuhan jambu biji

1.      Daun (folium)
 Daun merupakan suatu bagian yang penting, yang berfungsi sebagai alat pengambilan zat – zat makanan (reabsorbsi), pengolahan zat-zat makanan (asimilasi), penguapan air (transpirasi) dan pernafasan (respirasi).
Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja disebut daun bertangkai. Daun jambu biji berbentuk bulat bulat oval dengan ujung tumpul. Warna daunnya beragam seperti hijau tua, hijau muda, merah tua atau hijau berbelang kuning.Permukaan daun ada yang halus mengkilap dan ada yang halus biasa. Tata letak daun saling berhadapan dan tumbuh tunggal. Panjang helai daun sekitar 5-15 cm dan lebar 3-6 cm. Sementara panjang tangkai daun berkisar 3-7 mm.

Sifat – sifat daun yang dimiliki oleh tumbuhan jambu biji adalah sebagai berikut :

a.      Bangun atau Bentuk Daun (Circumscriptio)
          Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji bagian terlebar daunya berada ditengah-tengah dan memiliki bangun jorong (ovalis atau elipticus) karena perbandingan panjang : lebarnya adalah 1,5-2 : 1
b.      Ujung Daun (apex folii)
          Jambu biji memiliki ujung yang tumpul (obtusus).
c.  Pangkal Daun (basis folii)
          Pangkal daun jambu biji berbentuk tumpul (obtusus)
d.  Susunan tulang – tulang daun (nervation atau vanation)
          Daun jambu biji pertumbuhan daunnya memiliki pertumbuhan daun yang bertulang menyirip (penninervis) yang mana daun ini memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang kesamping, keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip-sirip pada ikan.
e.  Tepi daun (margo folii)
Jambu biji memiliki tepi daun yang rata (integer)
f.  Daging daun (intervinium)
Daging daun jambu biji berbentuk tipis seperti kertas (papiraceus atau chartaceus)

Sifat – sifat lain dari daun antara lain :
1.    Warna
      Hijau
2.    Permukaan daun
Jambu biji memiliki permukaan daun yang berkerut (rogosus). 

2.      Batang (caulis)

Batang jambu biji memiliki ciri khusus diantaranya berkayu keras, tidak mudah  patah, kuat dan padat. Kulit kayu tanaman jambu biji halus dan mudah terkelupas karena pada fase tertentu tanaman jambu biji mengalami pergantian atau peremajaan kulit. Batang dan cabang-cabangnya mempunyai kulit berwarna cokelat atau cokelat keabu-abuan.
Bentuk cabang pada jambu biji :
·      Berkayu, permukaannya licin dan lepasnya kulit kayu sangat terlihat
·      Arah tumbuh batangnya tegak lurus (erectus).
·      Jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek yang selain daun juga merupakan pendukung bunga dan buah. Cabang yang dapat menghasilkan alat perkembangbiakan bagi tumbuhan (cabang yang subur “fertil”)

3.      Akar (Radix)

Akar (Radix) adalah bagian pokok ketiga dari tumbuhan setelah batang dan daun. Pada jambu biji, sistem perakarannya adalah sistem akar tunggang, karena akar lembaganya terus tumbuh menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil dan akar pokok yang berasal dari akar lembaga disebut akar tunggang (radix primaria).
Percabangan dan bentuk akar jambu biji :
·           Jambu biji memiliki akar tunggang yang bercabang (ramosus) yang bentuknya kerucut panjang.
·           Tumbuh lurus kebawah
·           Bercabang cabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang lagi sehingga memberi kekuatan yang lebih besar pada batang dan perakarannya luas yang memungkinkan dapat menyerap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak.

4.             Bunga (Flos)

Pada tumbuhan biji bunga merupakan alat perkembangan generatif, dimana ada bagian yang disebut putik dan benang sari. Putik dan benang sari akan melakukan persarian (penyerbukan) dan pembuahan sehingga akan menghasilkan bagian tumbuhan yang di sebut dengan buah.

Bentuk bunga pada jambu biji :

*      Terdiri atas 4 – 5 daun berkelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama dan tidak merapat.
*      Memiliki benang sari yang banyak yang berhadapan dengan daun - daun mahkota
*      Memiliki tangkai sari dengan warna yang cerah
*      Bakal buah tenggelam dan mempunyai satu tangkai putik.
*      Bunga tunggal terletak di ketiak daun dan bertangkai.
*      Perbungaan terdiri 1 sampai 3 bunga dalam satau tangkainya.
*      Panjang gagang perbungaan 2 cm sampai 4 cm.
*      Daun mahkota bulat telur terbalik (obvatus) dengan panjang sekitar 1,5-2 cm
*      Berwarna putih dan mudah rontok.
*      Tabung kelopak berbentuk lonceng atau bentuk corong, panjang 0,5 cm. pinggiran tidak rontok panjangnya ± 1cm.
*      Tepi kelopak sebelum mekar berlekatan menjadi bentuk cawan, kemudian membelah menjadi 2-5 taju yang tidak sama, bulat telur, warna hijau kekuningan.
*      Bakal buah tenggelam dengan 1-8 bakal biji tiap ruang.

5.             Buah (Fructus)

Jambu biji memiliki buah sejati tunggal artinya buah ini terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah saja dan memiliki lebih dari satu biji. Jambu biji termasuk dalam buah sejati tunggal yang berdaging (curnosus). Buah jambu biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah kuning muda mengkilap setelah matang. Untuk jenis tertentu, kulit buah berwarna hijau berbelang kuning saat muda dan berubah menjadi kuning berbelang – belang saat matang. Ada pula yang berkulit merah saat muda dan merah saat tua. Warna daging buah umumnya putih biasa, putih susu, merah muda, merah menyala, serta merah tua. Aroma buah biasanya harum saat buah matang. Bijinya banyak dan terdapat pada daging buahnya.

C.    KUNCI DETERMINASI JAMBU BIJI :

1b  : Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari dan (atau) putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga………………………..……2.
2b  : Tiada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau membelit (dengan batang, poros daun atau tangkai)………………………………..…3.
3b  : Daun tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat dalam berkas tersebut di atas…………………………………………………………………………..4.
4b  : Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan (atau) bunga berlainan dengan yang diterangkan di atas…………………………………6.
6b   : Dengan daun yang jelas………………………………………………….…7.
7b   : Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang menyerupainya………..9.
9b   : Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit………………….10.
10b : Daun tidak tersusun demikian rapat menjadi rozet………………………..11.
11b : Tidak demikian. Ibu tulang daun dapat dibedakan jelas dari jaring urat daun dan dari anak cabang tulang daun yang ke samping dan yang serong ke atas…………………………………………………...…………………….12.
12b :Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak ada daun sama sekali...………………………………………………...…………………..13.
13b  : Tumbuh-tumbuhan bentuk lain………………………….………………..14.
14b  :  Semua daun duduk berhadapan………….………………………………16.
16a : Daun tunggal, berlekuk atau tidak, tetapi tidak berbagi menyirip rangkap sampai bercangap menyirip rangkap (golongan 10)……...……………239.
239b:  Tumbuh-tumbuhan tanpa getah………………………………………...243.
243b:  Tidak hidup dari tumbuh-tumbuhan lain……………………………….244.
244b:  Susunan bertulangan daun tidak demikian, seluruhnya atau sebagian besar tulang daun tersusun menyirip, menjari atau sejajar……………..…….248.
248b:  Daun bertulang menyirip atau menjari, susunan urat daun seperti jala…249
249b:  Daun tak mempunyai serabut demikian. Bunga berbentuk lain……..….250
250a:  Pohon atau perdu………………………………………………………...251
251b:  Tidak terdapat daun penumpu atau daun penumpu berbentuk lain….….253
253b:  Bunga tunggal, tandan, bulir, pajung atau malai……………….………..254
254b:  Susunan tulang daun tidak demikian……………………..……………..255
255a:  Kelopak sobek di atas bagian tengahnya, setengah bagian atasnya terlepas menurut bentuk mangkuk (tutup kelopak). Daun umumnya berselaput lilin, jika diremas berbau kayu putih……………………………..94. Myrtaceae
2a    :  Buah buni berbiji banyak. Bagian muda berambut. Tabung kelopak tidak atau sedikit sekali diperpanjang di atas bakal buah; tepi kelopak sebelum mekar berlekatan menjadi bentuk cawan, kemudian membelah menjadi 2-5 taju yang tidak sama…………………………………………….2. Psidium
Kunci determinasi: 1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14b-16a-239b-243b-244b-248b-249b-250a-251b-253b-254b-255a……94. Myrtacee-2a.….2. Psidium.

sumber 
http://marisamaliaaa.blogspot.com/2012/05/botani-farmasi.html

Farmasetika Dasar


Materi Perkuliahan Farmasetika Dasar
  1. Sejarah Farmasi, obat-obatan jaman dulu tokoh-tokoh pelopor Farmasi
  2. Isi Farmakope  Indonesia secara umum meliputi Ketentuan umum, Monografi  dan lampiran
2
  1. Definisi resep
  2. Persyaratan administrasi resep
  3. Bahasa latin yang digunakan dalam resep, singkatan dan artinya
  4. Hal penting yang berkaitan dengan resep mengandung narkotika
  5. Definisi copy resep
  6. Kelengkapan copy resep
  7. Penggunaan Etiket
  8. Sinonim bahan farmasi
2
  1. Definisi Dosis
  2. Jenis-jenis dosis
  3. Kurva dosis versus respon
  4. Perhitungan dosis maksimal untuk obat tunggal
  5. Perhitungan dosis maksimal untuk obat berkhasiat ganda
  6. Perhitungan kesesuaian dosis pemakaian dengan dosis maksimal untuk dewasa
  7. Perhitungan dosis maksimal untuk anak-anak berdasar umur
  8. Perhitungan dosis maksimal untuk anak-anak berdasar berat badan
  9. Perhitungan dosis maksimal untuk sediaan cair
2
  1. Macam-macam bentuk sediaan padat
  2. Pengertian pulvis, pulveres, kapsul, pil dan tablet
  3. Syarat-syarat pulvis, pulveres, kapsul, pil dan tablet
  4. Keuntungan dan kelemahan pulvis, pulveres, kapsul, pil dan tablet
  5. Jenis-jenis kapsul, pil dan tablet
  6. Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan pulvis, pulveres, kapsul, pil dan tablet beserta contohnya
  7. Gambaran umum cara pembuatan pulvis, pulveres, kapsul, pil dan tablet
  8. Cara penyimpanan pulvis, pulveres, kapsul, pil dan tablet
2
  1. Macam-macam bentuk sediaan semi padat
  2. Pengertian salep dan suppositoria
  3. Syarat-syarat salep dan suppositoria
  4. Keuntungan dan kelemahan salep dan suppositoria
  5. Jenis-jenis salep dan suppositoria
  6. Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan salep dan suppositoria beserta contohnya
  7. Cara pembuatan salep dan suppositoria
  8. Cara penyimpanan salep dan suppositoria
3
  1. Macam-macam bentuk sediaan cair
  2. Pengertian larutan, suspensi, dan emulsi
  3. Syarat-syarat larutan, suspensi, dan emulsi
  4. Keuntungan dan kelemahan larutan, suspensi, dan emulsi
  5. Jenis-jenis larutan, suspensi, dan emulsi
  6.  Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan larutan, suspensi, dan emulsi beserta contohnya
  7. Gambaran umum cara pembuatan larutan, suspensi, dan emulsi
  8. Cara penyimpanan larutan, suspensi, dan emulsi
3
  1. Macam-macam bentuk sediaan biologi dan injeksi
  2. Pengertian vaksin, immunoserum, dan injeksi
  3. Syarat-syarat vaksin, immunoserum, dan injeksi
  4. Keuntungan dan kelemahan vaksin, immunoserum, dan injeksi
  5. Jenis-jenis vaksin, immunoserum, dan injeksi
  6. Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan vaksin, immunoserum, dan injeksi beserta contohnya
  7. Gambaran umum cara pembuatan vaksin, immunoserum, dan injeksi
  8. Cara penyimpanan vaksin, immunoserum, dan injeksi
1
  1. Macam-macam bentuk sediaan obat tetes
  2. Pengertian tetes mata, telinga dan hidung
  3. Syarat-syarat tetes mata, telinga dan hidung
  4. Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan tetes mata, telinga dan hidung beserta contohnya
  5. Gambaran umum cara pembuatan tetes mata, telinga dan hidung
  6. Cara penyimpanan tetes mata, telinga dan hidung
1
  1. Macam-macam bentuk sediaan galenik
  2. Pengertian tingtur, ekstrak, sirup, spiritus dan aqua aromatika
  3. Jenis-jenis tingtur dan ekstrak
  4. Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan tingtur, ekstrak, sirup, spiritus dan aqua aromatika beserta contohnya
  5. Metode pembuatan tingtur, ekstrak, sirup, spiritus dan aqua aromatika
  6. Cara penggunaan bahan galenik dalam sediaan farmasi
  7. Cara penyimpanan tingtur, ekstrak, sirup, spiritus dan aqua aromatika
1
  1. Pengertian aerosol
  2. Syarat-syarat aerosol
  3. Keuntungan dan kelemahan aerosol
  4. Bagian penting dalam pembuatan aerosol(wadah, propelan, zat berkhasiat, katup dan aktuator)
  5. Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan aerosol beserta contohnya
  6. Cara pembuatan aerosol
  7. Cara penyimpanan aerosol
sumber
http://herusasongko.staff.mipa.uns.ac.id/2012/08/28/materi-perkuliahan/

Mikrobiologi

Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup.

Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan menjadi bidang yang sangat penting dalam biologi setelah Louis Pasteur dapat menjelaskan proses fermentasi anggur (wine) dan membuat serum rabies Perkembangan biologi yang pesat pada abad ke-19 terutama dialami pada bidang ini dan memberikan landasan bagi terbukanya bidang penting lain: biokimia.

Penerapan mikrobiologi pada masa kini masuk berbagai bidang dan tidak dapat dipisahkan dari cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang farmasi, kedokteran, pertanian, ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga astrobiologi dan arkeologi.

sumber
http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=20169

Virologi




Virologi adalah studi tentang virus dan virus-seperti agen: struktur mereka, klasifikasi dan evolusi, cara-cara mereka untuk menginfeksi dan memanfaatkan sel virus reproduksi, penyakit yang menimbulkan, teknik untuk mengisolasi dan budaya mereka, dan penggunaannya dalam penelitian dan terapi.
Virologi sering dianggap bagian mikrobiologi atau patologi.
Cabang utama dari virologi adalah klasifikasi virus. Virus dapat diklasifikasikan menurut sel inang mereka infect: virus binatang, tanaman virus, virus jamur dan bakteriofag (virus menginfeksi bakteri, yang meliputi virus yang paling kompleks).
Klasifikasi lain menggunakan bentuk geometris mereka capsid (sering sebuah helix atau icosahedron) atau virus struktur (misalnya adanya atau tidak adanya amplop lipid). Virus dalam ukuran berkisar dari sekitar 30 nm untuk sekitar 450 nm, yang berarti bahwa sebagian besar dari mereka tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya.
Bentuk dan struktur virus telah dipelajari oleh mikroskop elektron, spektroskopi NMR dan kristalografi sinar-X.
Sistem klasifikasi paling bermanfaat dan paling banyak digunakan membedakan virus menurut jenis asam nukleat yang mereka gunakan sebagai bahan genetika dan metode replikasi virus yang mereka mempekerjakan untuk membujuk sel ke dalam memproduksi lebih banyak virus:
  • Virus DNA (dibagi menjadi ganda-terdampar DNA virus dan virus DNA tunggal umum jauh lebih sedikit),
  • Virus RNA (dibagi menjadi virus RNA tunggal arti positif, negatif-sense tunggal RNA virus dan virus RNA ganda-terdampar umum jauh lebih sedikit),
  • membalikkan transcribing virus (double-terdampar transkrip terbalik virus DNA dan tunggal transkrip terbalik virus RNA termasuk retrovirus).
Selain virologists juga mempelajari '' subviral partikel, '' menular entitas yang lebih kecil daripada virus: viroid (telanjang melingkar RNA molekul menginfeksi tanaman), satelit (asam nukleat molekul dengan atau tanpa capsid yang memerlukan virus penolong untuk infeksi dan reproduksi), dan prion (protein yang dapat ada di konformasi patologis yang menginduksi molekul prion lainnya untuk mengasumsikan konformasi yang sama).
Laporan terbaru oleh Komite Internasional taksonomi virus (2005) daftar 5450 virus, diselenggarakan di lebih dari 2.000 spesies, 287 genera, 73 keluarga dan 3 perintah.
Takson di virologi tidak selalu monofiletik. Pada kenyataannya, hubungan evolusi dari berbagai kelompok virus tetap tidak jelas, dan tiga hipotesis mengenai asal-usul mereka ada:
  1. Virus ini muncul dari materi non-hidup, secara terpisah dari dan secara paralel untuk bentuk-bentuk kehidupan lain, mungkin dalam bentuk self-reproducing RNA ribozymes mirip dengan viroid.
  2. Virus yang muncul dari sebelumnya, lebih kompeten selular bentuk kehidupan yang menjadi parasit untuk sel inang dan kemudian kehilangan banyak fungsi mereka; contoh seperti prokariota parasit kecil adalah mikoplasma dan Nanoarchaea.
  3. Virus muncul sebagai bagian dari genom sel, kemungkinan transposon plasmid, yang memperoleh kemampuan untuk "break gratis" dari host sel dan menginfeksi sel lainnya.
Hal ini tentu mungkin bahwa berbagai alternatif yang berlaku untuk kelompok-kelompok virus yang berbeda.
Minat khusus di sini adalah mimivirus, virus raksasa yang menginfeksi rhizaria dan membawa banyak mesin molekuler yang secara tradisional terkait dengan bakteri. Adalah versi sederhana dari prokariota parasit, atau apakah itu berasal sebagai virus sederhana yang diperoleh gen dari inangnya?
Evolusi virus, yang sering terjadi dalam konser dengan evolusi inang, belajar di bidang evolusi virus.
Sementara virus mereproduksi dan berkembang, mereka tidak terlibat dalam metabolisme dan tergantung pada sel inang untuk reproduksi. Pertanyaan yang sering diperdebatkan apakah mereka hidup atau tidak adalah beberapa definisi yang tidak mempengaruhi realitas biologis virus.

sumber 
http://www.news-medical.net/health/Virology-What-is-Virology-%28Indonesian%29.aspx